Seleksi Alam itu Nyata, Percayakah?



Seringkali kita mendengar mengenai istilah "seleksi alam" pada suatu lingkaran, baik komunitas ataupun organisasi. Tak jarang istilah seleksi alam digunakan untuk satu atau dua orang yang tidak terlihat di suatu komunitas dalam waktu yang lama. Seleksi alam juga bisa digunakan untuk istilah ketika komunitas semakin sedikit anggotanya, "anak-anak pada kemana?" "Biasaaa seleksi alam". Sungguh kasian ya alam, dijadikan kambing hitam terus hahaha.

Tapi, ngomong-ngomong soal seleksi alam, sebenarnya itu hal yang sering kita temui bukan? Dalam lingkar pertemanan, seleksi alam pasti terjadi. Seleksi alam ini terkadang menimbulkan hal negatif, contohnya lingkaran menjadi semakin kecil, rasa loyalitas dan solidaritas juga ikut mengecil, lebih parah nantinya organisasi atau komunitas bisa bubar karena anggotanya menghilang satu demi satu. Miris bukan?

Meski memunculkan hal negatif, seleksi alam juga memiliki sisi positifnya, lha? Kok bisa? Bukannya itu buruk ya? Eits, tenang dulu kawan-kawan, seleksi alam juga memiliki hal positif kok, jadi kawan-kawan  bisa memperkirakan nih yang sebenar-benarnya teman itu yang mana. Selain itu seleksi alam juga bisa digunakan untuk filterisasi kawan-kawan yang loyal dan solid untuk mencapai tujuan bersama. 

Seleksi alam seringkali kita rasakan. Sirkel pertemanan yang mulai mengecil, laju gerakan yang tidak dapat dimobilisasi secara baik juga menjadikan seleksi alam itu terasa.

Seleksi alam juga bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena kesibukan orang-orang, atau bahkan karena sudah mendapat manfaat dari komunitas, hmmm sepertinya itu banyak terjadi di kota-kota besar ya freeen.

Teruntuk siapapun kalian yang sekarang sibuk dan mulai meninggalkan ruang-ruang kalian berproses, sadarlah. Tanpa ruang proses tersebut, mungkin kalian bukan siapa-siapa hari ini. Dan teruntuk kawan-kawan yang masih berada di ruang proses itu, nikmati suka duka bersama kawan kalian, rangkul, proses bersama, dan memuncak hebatlah bersama. Seleksi alam itu pasti, namun waktu bersama kawan-kawan perjuangan tentu juga tak abadi. Nikmati prosesnya bersama, berhasil juga secara bersama. -Jagad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panitia Agustusan: Tokoh Nasionalis Saat Ini, Tapi Masih Sering Disepelekan

Belajar Sabar dari Sosok Pak Suharji, Penjual Es Teh yang Dihina G*bl*k

Saat Pesta Telah Usai: Sebuah Refleksi Kemenangan