Secuil Intisari dari Kebiasaan Membaca
Membaca buku membuka jendela dunia. Kalimat tersebut sering sekali kita dengar, meski terkesan biasa saja, namun mempunyai makna yang mendalam. Tidak hanya sekadar mengisi waktu luang, membaca menjadi sarana pengembangan diri dan pembuka wawasan. Dengan membaca kita bisa menjelajahi berbagai dunia, melihat berbagai tokoh, bahkan kita mampu memahami hal-hal baru yang belum pernah kita dapatkan.
Namun, di era digital yang serba cepat, kegiatan membaca sering dianggap hal yang kuno. Di tengah gempuran media sosial, terkadang membaca menjadi musuh terbesar dari gadget. Padahal, membaca buku jauh lebih memiliki nilai positif daripada hanya skroll media sosial melihat gosip-gosip artis yang ga mutu itu, hehe. Kegiatan membaca buku juga menambah kekayaan intelektual kita juga.
Lantas, Mengapa Membaca Itu Penting?
Membaca buku membuat kita memiliki intelektual yang tinggi, daya pikir yang tangguh, dan pemikiran yang kritis. Sebab, jika kita tidak memiliki kebiasaan membaca buku, kita akan menjadi tumpul, daya pikir juga lemah, dan memiliki mental kawanan. Ketika kita tidak memiliki kebiasaan membaca yang rutin juga berdampak pada psikologis, sehingga kita mudah emosi, mudah terprovokasi, dan memiliki kepekaan sosial yang kurang. Selain itu, kurangnya kebiasaan membaca, juga membuat kita memiliki mental kawanan yakni kondisi dimana kita berpikir dan bergerak mengikuti kebanyakan orang, tidak memiliki kepercayaan diri, dan lemah dalam pendirian.
Naasnya budaya baca tulis sebagai paradigma tidak terbentuk di Indonesia. Kita melompat dari budaya lisan menjadi budaya digital, tidak mengalami budaya baca tulis, yang dimana budaya digital merupakan modifikasi dari budaya lisan yaitu tangan panjang dari budaya lisan (bermedsos itu kan seperti berbicara). Ada fase yang terlewati. Yang penting dari proses membaca adalah ada proses pematangan individu, ini merupakan paradigma kultural soal perilaku umum, yang menjadikan negara dan individu maju itu adalah membaca. Maka ketika melewati fase baca tulis maka akan menjadi bangsa yang bermental kawanan dan dogmatis.
Lalu Harus Bagaimana untuk Menumbuhkan Minat Baca?
Sederhana, baca apa saja dulu. Karena dengan memiliki kebiasaan membaca banyak hal, kita secara tidak langsung melatih mental untuk gemar membaca. Setelah gemar membaca, barulah berpindah ke kebiasaan membaca secara rutin. Tidak perlu harus dipaksakan, membaca cukup senyamannya saja, asal rutin. Setelah kebiasaan membaca buku (cetak maupun non cetak) tumbuh, maka kebiasaan untuk berpikir dalam melakukan sesuatu juga akan muncul secara otomatis. Karena otak kita sudah terbiasa untuk merekam dan memproses banyak hal. Teruslah membaca, karena dengan membaca setidaknya kita bisa mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan global di masa depan.
Nhah, ngomong-ngomong tentang kebiasaan membaca, boleh kalau kawan-kawan ingin mendapatkan notifikasi tulisan terbaru kami, sila bergabung di saluran WhatsApp kami, akses di sini: Ikuti saluran LAYANG-LAYANG MERAH di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VahAYyS9hXF7iWGhgV2z -Jan
Komentar
Posting Komentar