Memupuk Benih Nasionalisme di Era Globalisasi.
Nasionalisme dan kemerdekaan adalah dua pilar utama yang membentuk identitas bangsa Indonesia. Kedua konsep ini tidak hanya memiliki nilai historis yang mendalam, tetapi juga menjadi landasan moral dan spiritual yang harus terus dijaga oleh setiap generasi, termasuk generasi muda saat ini yang hidup di tengah derasnya arus globalisasi. Ketika berbicara tentang nasionalisme dan kemerdekaan, kita tidak bisa lepas dari pesan yang disampaikan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dalam pidato terakhirnya yang terkenal dengan istilah ‘Jasmerah’, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Pesan ini relevan untuk semua zaman, terutama bagi generasi muda yang saat ini tengah menghadapi tantangan globalisasi yang semakin kompleks.
Nasionalisme adalah rasa cinta, bangga, dan tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air. Nasionalisme muncul sebagai reaksi terhadap penjajahan dan penindasan, menjadi api yang menggerakkan perlawanan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Sejarah Indonesia mencatat bagaimana semangat nasionalisme ini mempersatukan berbagai suku, agama, dan budaya untuk melawan penjajah yang mencoba memecah belah bangsa. Kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah puncak dari perjuangan panjang yang dipelopori oleh para pahlawan yang dengan berani mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsa.
Namun, kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari tugas besar untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, menjaga persatuan, dan memastikan bahwa kemerdekaan tersebut benar-benar membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam konteks ini, nasionalisme menjadi semangat yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya, termasuk generasi muda yang sekarang berada di garis depan dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam pidato terakhirnya, Soekarno menekankan pentingnya menghargai dan mempelajari sejarah sebagai dasar untuk membangun masa depan yang lebih baik. Istilah ‘Jasmerah’ yang disampaikannya bukan sekadar retorika, melainkan peringatan bahwa sejarah adalah cermin dari perjalanan bangsa. Dengan memahami sejarah, kita dapat menghindari kesalahan yang sama dan memperkuat identitas nasional dalam menghadapi tantangan baru.
Bagi generasi muda, memahami sejarah adalah langkah awal untuk menumbuhkan nasionalisme. Mereka perlu menyadari bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini adalah hasil dari perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang sejarah, generasi muda bisa saja kehilangan arah dan menjadi rentan terhadap pengaruh negatif dari luar yang dapat mengikis nilai-nilai kebangsaan.
Saat ini generasi muda tengah dihadapi oleh fenomena globalisasi. Globalisasi adalah fenomena yang tidak bisa dihindari dalam era modern ini. Globalisasi membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, teknologi, hingga budaya. Dalam konteks ini, generasi muda dihadapkan pada dua pilihan, apakah mereka akan terus mempertahankan nilai-nilai nasionalisme, atau justru terjebak dalam arus globalisasi yang bisa saja membuat mereka lupa akan identitas bangsa. Tantangan ini bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang besar bagi anak muda untuk berpartisipasi dalam dunia yang semakin terhubung. Mereka dapat mengakses informasi secara luas, belajar dari berbagai sumber, dan bahkan berkontribusi secara global.
Namun, globalisasi juga membawa tantangan tersendiri bagi nasionalisme. Salah satu dampak negatif yang paling terlihat adalah tergerusnya identitas nasional dan budaya lokal. Generasi muda yang tumbuh di era digital sering kali lebih terpapar oleh budaya asing melalui media sosial, film, musik, dan teknologi. Akibatnya, mereka bisa saja merasa lebih dekat dengan budaya luar daripada dengan budaya Indonesia sendiri. Ini berpotensi melemahkan rasa cinta tanah air dan mengikis semangat nasionalisme.
Selain itu, globalisasi juga mendorong berkembangnya individualisme yang bisa bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Ketika anak muda lebih fokus pada pencapaian pribadi dan karier global, mereka mungkin kurang peduli dengan isu-isu kebangsaan dan sosial di tanah air. Ini adalah tantangan besar yang perlu diatasi agar nasionalisme tetap relevan dan kuat di tengah arus globalisasi.
Untuk menghadapi tantangan globalisasi, generasi muda saat ini perlu menghidupkan kembali semangat nasionalisme yang sesuai dengan konteks zaman. Ini bukan berarti menolak globalisasi, tetapi bagaimana memanfaatkannya dengan bijak untuk kepentingan bangsa. Generasi muda harus belajar untuk tidak hanya menjadi warga dunia yang cerdas, tetapi juga menjadi warga negara yang memiliki kesadaran nasional yang kuat.
Pelestarian budaya lokal menjadi salah satu hal penting dalam memperkuat nasionalisme. Generasi muda harus diajak untuk mencintai dan melestarikan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Mereka bisa diajak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mempromosikan seni, bahasa, dan tradisi lokal, sehingga identitas nasional tetap kuat meski di tengah arus globalisasi.
Inovasi dan kontribusi positif juga menjadi bentuk baru dari nasionalisme. Para generasi muda saat ini bisa menunjukkan rasa cinta tanah air dengan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, berkontribusi dalam pembangunan bangsa, dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat dari globalisasi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi bangsa.
Nasionalisme dan kemerdekaan adalah warisan berharga yang harus terus dijaga oleh setiap generasi, termasuk generasi muda. Di tengah derasnya arus globalisasi, anak muda harus mampu menyeimbangkan antara keterbukaan terhadap dunia luar dan kecintaan terhadap tanah air. Pesan “Jasmerah” dari Soekarno harus selalu menjadi pengingat bahwa sejarah adalah guru terbaik yang akan membimbing kita dalam menghadapi masa depan.
Dengan memahami sejarah dan menjaga nilai-nilai kebangsaan, generasi muda dapat menjadi penerus yang tidak hanya mampu bersaing di kancah global, tetapi juga tetap bangga dengan identitas nasional mereka. Dalam era globalisasi, nasionalisme bukanlah konsep yang usang, melainkan landasan yang kokoh untuk membangun bangsa yang maju, mandiri, dan berdaulat. Anak muda adalah harapan bangsa, dan dengan semangat nasionalisme yang kuat, mereka dapat membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.
Selain itu, sebagai generasi muda kita harus melanjutkan perjuangan para pahlawan dan menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga dan mengembangkan bangsa ini agar semakin maju serta bermartabat. Bagaimana caranya? Kita dapat memulai dari hal kecil seperti menjaga persatuan dan kesatuan dengan menghormati perbedaan serta menghindari perpecahan. Kemudian dengan menghargai dan melestarikan budaya yang merupakan identitas bangsa. Kita juga dapat aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial ataupun kita dapat membentuk suatu komunitas atau organisasi yang berfokus pada isu-isu sosial atau lingkungan. Dengan komunitas yang dibentuk diharapkan dapat membangun sebuah relasi dengan sesama anak muda yang memiliki minat dan tujuan yang sama dan berkolaborasi agar rasa nasionalisme dan rasa tanggung jawab dalam diri anak muda kepada para pahlawan untuk menjaga kemerdekaan Indonesia ini tetap tersampaikan. ~Sya.
Sangat menginspirasi, terus berkarya cantik
BalasHapus