Postingan

Jathilan Sering Dianggap Klenik, Padahal...

Gambar
  Kesenian rakyat Jathilan merupakan kesenian yang telah tumbuh dan mengakar lama di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Jathilan sendiri merupakan kesenian tarian yang dimainkan beberapa orang dengan kuda sebagai objek sajiannya.  Secara etimologis istilah jathilan berasal dari bahasa Jawa yakni njathil yang berarti meloncat-loncat menyerupai gerak-gerik kuda. Selain itu, jathilan juga dapat diartikan secara bebas sebagai ' jarane jan thil-thillan tenan ' apabila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti 'kudanya benar-benar joget tidak beraturan'. Asal-usul Jathilan Sebenarnya, ada beberapa versi dari asal-usul Jathilan, namun yang paling banyak dibicarakan bahwa tarian jathilan adalah bentuk gambaran mengenai kisah perjuangan dari Raden Fatah dari Kerajaan Demak, yang dibantu oleh wali songo dalam melakukan penyebaran ajaran agama Islam di pulau Jawa. Ketika melakukan dakwah, mereka banyak diganggu oleh bangsa jin dan setan yang membuat kesurupan dan kemudian ditolong o...

Laki-laki Tidak Bercerita, Namun Apakah Diam Itu Kekuatan?

Gambar
  Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh lelaki di dunia yang sedang merasa tertekan, eneg, dan jengah dengan kehidupan. Peluk hangat untuk setiap lelaki yang berjuang, berkorban, dan berdarah-darah untuk keluarga dan masa depan.  Tren “Lelaki Tidak Bercerita” baru-baru ini sangat mengganggu pikiran saya. Bagaimana tidak, ketika saya berpindah dari medsos satu ke medsos lain, selalu dihiasi dengan konten “Lelaki Tidak Bercerita, Tetapi…” lama-lama saya akhirnya terbawa arus untuk melihat konten tersebut menjadi lebih lama. Tren ini terkenal ringan dan mungkin menghibur, apalagi banyak yang membuat konten dengan isi hatinya, misal “lelaki tidak bercerita tetapi duduk bengong di depan ind*maret” atau “lelaki tidak bercerita tetapi pikirannya berubah jadi uban” dan lain sebagainya. Setelah saya berbincang dengan beberapa teman dan melakukan penelitian ala kadarnya, menemukan fakta bahwa tren “Lelaki Tidak Bercerita” ini adalah sebuah bentuk toxic masculinity. Dalam budaya pat...

Belajar Sabar dari Sosok Pak Suharji, Penjual Es Teh yang Dihina G*bl*k

Gambar
  Pak Suharji, nama tersebut kini sedang ramai dibincangkan. Sosok penjual es teh tersebut viral ketika ada sebuah video menunjukkan dirinya sedang dihina habis-habisan oleh Gus Miftah. Dalam video ini, Gus Miftah disebut mengerjai (prank) penjual minuman yang menjajakan dagangannya di acara tersebut. Hal ini terjadi dalam momen acara Magelang Bersholawat beberapa hari lalu. "Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir)," kata Gus Miftah kepada pedagang es teh dalam video tersebut. Tak ayal banyak kritikan untuk Gus Miftah yang membanjiri kolom komentar dari video tersebut. Belajar Sabar dari Pak Suharji Siapa yang tidak marah jika mendengar ucapan tersebut? Hati mana yang tidak 'kemropok' ketika dirinya dihina di depan puluhan ribu orang? Mungkin kalau saya yang ada di posisi Pak Suharji, sudah saya lempa...

Media Sosial: Panggung Baru Perebutan Kekuasaan.

Gambar
(gambar oleh: Karol) Media Sosial berasal dari dua kata gabungan yaitu media dan sosial, hehe udah gitu doang. Eh, enggak dong, begini jika diartikan/ dibedah satu per satu maka media sendiri menurut KBBI merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran, spanduk, radio, televisi, poster, dan majalah. Sedangkan sosial menurut KBBI merupakan segala hal yang berhubungan dengan masyarakat. Jadi kesatuan dari kedua hal tersebut bisa diartikan menjadi alat komunikasi yang berhubungan dengan masyarakat. Apakah sesederhana itu? Sabar, korelasinya dengan kekuasaan belum kita bahas. Di atas, KBBI belum memperbarui penjabarannya tentang arti media, tahu apa yang kurang? Yak betul, ponsel/ telepon genggam belum masuk. Sekarang tahun 2024 dimana poster/ koran sudah bisa berbentuk digital dan bisa diakses hanya dengan melalui ponsel. Bahkan dengan bentuk video sekalipun yang bisa dikatakan mendekati kualitas dari sebuah suguhan yang televisi punya. Apa itu digital? Cari sendiri ya, hehe. Malas menca...

Merefleksikan Sumsuman Sebagai Simbol Kemenangan

Gambar
Pesta demokrasi merupakan istilah yang kerap kali kita dengar untuk menggambarkan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu). Istilah pesta demokrasi pertama kali dipopulerkan oleh Presiden RI ke-2, Soeharto. Menurut sejarah, Soeharto pertama kali mengemukakan istilah tersebut pada tahun 1981 saat berpidato dalam pembukaan rapat Gubernur/Bupati/Walikota se-Indonesia. Pemilihan Umum yang lazim kita sebut dengan Pilpres, Pilkada, Pilbup , dll pun telah menemukan hilirnya. Tak terkecuali Pilkada Kabupaten Sleman yang menyisakan buih-buih apapun itu yang harusnya bisa kita ambil hikmah dari dalam gegap gempitanya, hingar bingarnya, gemerlap lampunya, pernyataan konyolnya, dan suara knalpotnya . Sumsuman dan Kemenangan.  Seperti pada umumnya pesta kawinan, akan ada suatu acara setelah pesta yang biasanya dibungkus bersamaan dengan evaluasi, sarasehan, atau pembubaran panitia yang dalam tradisi jawa disebut dengan Sumsuman . Bagi orang jawa, sumsuman merupakan sebuah tradisi ketika pesta tela...

Saat Pesta Telah Usai: Sebuah Refleksi Kemenangan

Gambar
Pesta Demokrasi, jamak orang menyebut juga "coblosan". Selayaknya pesta, Pilkada 2024 juga menyajikan ingar bingar panggung gemerlap.  Seluruh mata tertuju kepada calon-calon pemimpin daerah yang berkampanye. Gegap gempita Pilkada 2024 di Sleman juga tak luput dari sorotan, bagaimana selayaknya Pesta, segala sudah disiapkan sedangkan sang tamu yakni Rakyat tinggal menikmati saja pesta-nya itu. "Pemilu harus dirasakan sebagai pesta poranya demokrasi, sebagai penggunaan hak demokrasi yang bertanggung jawab dan sama sekali tidak berubah menjadi sesuatu yang menegangkan dan mencekam," kata Soeharto dalam Pemilu 1982. Saat pesta demokrasi telah usai tamu-tamu (rakyat) akan pulang ke rumah, kembali ke kenyataan hidup masing-masing. Pak Tani kembali ke sawah, pedagang kembali ke pasar, dan buruh kembali ke pabrik. Sedangkan kami, para Gen Z? Kembali ke kenyataan hidup bahwa roda sosial-ekonomi di Sleman terus melindas kami. Ketimpangan sosial begitu jelas terasa bagi kami....

Degradasi Moral dan Etika Generasi Muda, Salah Siapa?

Gambar
Indonesia dikenal dengan negara paling ramah dan bermoral. Bahkan, negara manca menyebut bahwa masyarakat Indonesia paling murah senyum. Yhaa seperti yang diketahui, orang-orang Indonesia selalu bisa senyum, meski ditindas penguasa, dirusak alamnya, dipaksa untuk terus menderita, tapi lihat! Kita masih bisa senyum! bukankah itu sebuah kebanggaan? Hahaha.  Meski dikenal dengan keramah-tamahan warganya namun seiring berjalannya waktu 'cap' negara ramah dan bermoral itu semakin hari semakin luntur. Lihat saja di berita-berita hari ini, meningkatnya kasus bullying, kasus kekerasan, kasus korupsi, dan kasus kejahatan moral lainnya semakin menjauhkan negara ini dari kata "bermoral dan beretika". Untuk saat ini, yang paling disorot adalah mulai lunturnya nilai moral, nilai etika, dan nilai sopan santun dari generasi muda. Tidak dipungkiri, anak muda sekarang kelakuannya memang bikin mengelus dada sampai kaki. Ckckckck Meningkatnya kasus kekerasan jalanan yang dilakukan anak ...